Kami sering menjumpai kasus dimana ada karyawan level member yang melawan dan bahkan memaki Supervisor nya. Setelah karyawan tersebut kami panggil dan dilakukan proses counseling, karyawan tersebut mengutarakan isi hatinya dan banyak dari mereka yang sampai menangis.
Hal ini mengindikasikan satu hal, yaitu tidak adanya saluran komunikasi yang mereka butuhkan. Pikiran tidak bertemu dengan pikiran. Mereka hanya terus mendengarkan apa pun yang diucapkan oleh atasan atau supervisor nya tanpa mereka diberi kesempatan untuk mengungkapkan apa yang dialami atau dirasakannya sebagai seorang manusia.
Fenomena karyawan yang melawan atasan atau karyawan yang kabur tanpa pamit menunjukkan rasa frustasi yang dalam. Kita sebagai pemimpin kadang lupa untuk sekedar memperlakukan mereka sebagai manusia. Saat menyangkut pekerjaan, kita cenderung memperlakukan mereka sebagai objek dan bahkan -seringkali- sebagai kambing hitam kegagalan.
Meminjam apa yang disampaikan Aa Gym bahwa hati hanya bisa disentuh dengan hati lagi, maka begitu juga dengan pikiran. Sebuah pikiran hanya bisa disentuh dengan pikiran. Bukan dengan kemarahan, ancaman atau bahkan bully-an.
Sebab itu, kapan pun kita menemukan ada karyawan yang bermasalah dengan kedisiplinan atau pekerjaanya, melakukan counseling dengan mengajak mereka bicara dari hati adalah cara yang paling tepat untuk dilakukan.
Hindari memarahi atau menghardik karyawan di depan karyawan lainnya. Kita sebagai pemimpin memiliki tanggung jawab agar setiap orang tetap mendapatkan penghormatan dan penghargaan.
Saat ada masalah dengan pekerjaan, sangat mungkin ada sisi pribadi yang mengganggunya. Cobalah hadir sebagai pendengar yang baik untuk kemudian melihat dan memerika pola pikir atau mindset nya.
Mindset yang salah akan menyebabkan seseorang mengalami banyak masalah dalam hidupnya tak terkecuali dalam pekerjaanya.
Saat Anda berhasil melakukannya, percayalah Anda akan merasakan kebahagiaan yang dalam. Bahagia karena telah berhasil membantu orang lain mengatasi kesulitannya.
Semoga bermanfaat.
